Selasa, 08 Agustus 2017

Secret Crush


Cerita berikut hanyalah fiksi. Kesamaan nama, waktu, tempat tidak ada hubungannya dengan pihak mana pun.
Ini bukan cerita porno, tapi cerita Boy's love.

“kok dia nggak lewat ya?”  Orang yang barusan berbicara adalah teman perempuan ku Sasa.

“yakin dia selalu lewat depan rumah ku? " saat ini kami berada di rumah ku. Sasa memiliki crushed pada seseorang yang dia temui beberapa hari lalu. Katanya laki-laki yang dia temui berusia sekitar 27 tahun dan memiliki wajah yang sangat tampan.

"aku bertemu dia kemarin di sini"

"kemarin? Tapi kemarin kamu kan ke pantai lamaru dengan keluarga mu kan? "

"ih kamu nih. Maksud ku kemarin itu hari hari kemarin pas aku ketemu dia."

"aw? Kamu baru ketemu dia sekali di depan rumahku bukan berarti dia sering lewat sini"

"aku ketemu dia waktu jam pulang kerja. Jadi aku menebak dia pulang kerja lewat jalan ini. Berarti dia pulang setiap hari lewat sini." Sasa memandang ke luar jendela ku nyaris tidak berkedip. Matanya tertuju pada setiap perjalan kaki yang lewat depan rumahku berharap kalau crushed nya lewat dalam waktu dekat ini.
Sering lewat depan rumah ku ya? Apa aku mengenalnya. Aku Melihat ke arah jam dinding yang ada di Kamar ku. Jam itu menunjukkan pukul 4.30 sore. Masih ada setengah jam lagi sebelum waktu pulang kerja tiba.

"bisa jadi dia  belum pulang. Masih jam setengah lima kok" wajah Sasa terlihat bosan. "tapi, kenapa tiba-tiba kamu tertarik dengan orang kantoran?" kataku. Aku melepas kacamata ku dan meletakkannya di atas meja.

"Kalau kamu lihat wajahnya  kamu juga pasti suka! Orang apa hantu sih punya wajah ganteng seperti itu?" hantu mana ada yang ganteng -_-

" tapi kukira kamu g suka orang yang lebih tua."

"nggak tau juga" dia meringis seperti kuda "mungkin aku ketularan kamu"

"hoey! Kenapa Bawa-bawa aku?"

"kamu sendiri kan yang bilang kalau tipe mu yang usianya lebih tua dari kamu? Eh?  Kalau kamu lihat orang itu nanti kamu naksir dia lagi. Gak boleh! Punya ku!"

"ngomong apa sih" ucapku.

Namaku Top. Tapi aku seorang bot. Hmmm... Sebenarnya aku tidak suka perlabelan seperti itu. Tapi Sasa tetap kekeh berkata kalau aku ini Bot. Alasannya karena aku  suka dengan orang yang lebih tua. Alasan konyol.

Iya dugaan anda benar. Aku seorang  gay tulen. Aku mahasiswa berusia 20 tahun yang menyukai laki-laki yang usianya lebih tua dari ku. Sebenarnya itu tidak benar. Aku tidak memilih orang yang aku suka dari umur. Tapi kebetulan saja daftar nama orang yang pernah aku sukai usianya memang lebih tua dariku.

Daftar nama? Iya benar. Aku memang sudah menyukai beberapa orang dalam hidupku. Tapi belum pernah satu pun yang pernah menjadi milikku. Alasannya, apa lagi selain umur dan jenis kelamin?

Saat aku kelas 8 SMP aku mempunyai tetangga baru. Dia sering mengajariku matematika atau mengajariku beberapa hal seperti kakak ku sendiri. Roni namanya, dia adalah cinta pertama ku. Kakak itu usianya aku tidak tahu tapi dia lebih tua beberapa tahun, mungkin dia kelas 11 SMA . Wajahnya lumayan dan orang yang sangat baik. Saat belajar aku sering melihat dia secara diam-diam. Tapi tidak butuh waktu lama aku pun patah hati untuk pertama kalinya. Setahun setelah aku mengenalnya, Kak Roni pun menikah. Yang ku pikir kelas 11 SMA, ternyata dia justru sudah lulus kuliah. Wajahnya awet muda sekali.

Cinta kedua ku adalah saat aku masuk SMA. Saat itu ada kakak alumni yang datang pada acara penerimaan siswa baru. Sudah menjadi tradisi di Indonesia kalau siswa baru harus mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa aka MOS. Di sekolah ku yang baru kami harus mengikuti serangkaian agenda, salah satunya adalah jirit malam. Yaitu menjelajahi area sekolah pada saat malam. Biasanya saat seperti ini kakak kelas atau alumni akan mencoba menakut-nakuti siswa baru. Jujur saja aku tidak takut hantu. Aku justru bosan dengan cara kakak kelas yang norak dalam menakut-nakuti. Jika bukan muncul tiba-tiba, maka memakai baju putih berdiri di bawah pohon rindang. Tapi saat itu ada satu alumni laki-laki bertubuh besar dan tinggi yang memerankan perannya sebagai hantu dengan baik. Tidak hanya muncul tiba-tiba, dia juga menggunakan kostum dan rias wajah seperti darah dan belatung. Benar-benar sangat meyakinkan. Siswi perempuan baik siswi baru maupun lama sempat dibuat pingsan karena kejahilan kakak ini. Mungkin karena kejahilannya itulah yang membuat mataku tidak lepas dari dia.

Namanya kak Gilang. Dan dia adalah ciuman pertama ku. Hah? Ciuman? Iya benar. Sebenarnya aku mencium dia secara tidak sengaja. Masih di malam yang sama ketika jirit malam, aku tidak tahu bagaimana bisa kaki ku tersandung ketika menuruni tangga. Aku terjatuh ke depan dan pada saat itu kak gilang keluar dari persembunyiannya untuk menakutiku. Aku jatuh ke atas tubuhnya yang besar, kita berdua jatuh dan mulut ku telah menempel di mulutnya. Begitulah aku mendapatkan ciuman pertamaku.
Sejak hari itu kak gilang selalu menghindari bertatapan muka denganku. Aku sering melihatnya mampir di sekolah untuk urusan pengambilan ijazah atau acara sekolah. Sering melihatnya menjahili adik kelasnya yang dia kenal. Tapi tidak pernah menjahili ku sama sekali. Setiap kami bertemu, dia langsung balik arah.
Saat awal tahun aku bersekolah aku masih sering melihatnya di sekolah. Tapi pada tahun kedua aku tidak melihatnya lagi. Terakhir kali aku bertemu dia adalah saat acara penerimaan siswa baru. Aku menjadi salah satu panitia MOS. Saat itu dia melihatku, mungkin ingatan setahun lalu muncul di pikirannya yang membuatnya bergidik seakan jijik. Saat aku melihatnya bergidik, rasanya seperti ada pisau mangiris halus di hati. Aku pun berhenti memikirkan kak gilang dan dia pun tak pernah muncul lagi di sekolah.
Setelah itu aku menyukai beberapa orang, kakak ini atau kakak itu. Guru. Atau orang asing yang lebih tua yang tidak ku kenal. Tapi itu hanya suka. Bukan cinta. Bisa dibilang hanya cuci mata.
Cintaku yang ketiga muncul beberapa bulan lalu. Tapi saat itu aku tidak tahu kalau itu cinta. Saat itu aku sedang berjalan kaki menuju laboratorium komputer di fakultasku. Tiba-tiba mataku tertuju pada sosok seseorang yang tinggi berpostur kurus tegap. Pakaiannya sangat rapi dan kulitnya sangat putih. Wajahnya  tirus tapi tidak terlalu kurus. Alisnya tebal. Hidungnya mancung dengan kacamata bersender di atasnya. Wajahnya sangat tampan tidak seperti orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya. Selama 2 tahun aku belajar di kampus ini, aku belum pernah bertemu dia sebelumnya di kampus. Dosen baru kah? Atau PPL baru? Hantu kah?

"ITU DIA!" Sasa berteriak girang sambil menunjuk ke arah jalan. Suaranya sangat keras hingga membuat ku tersadar dari lamunanku. Aku melihat ke arah dia menunjuk.
Laki-laki yang ditunjuk Sasa berpostur kurus dan tinggi. Kulitnya putih dan pakaiannya rapi. Sama persis seperti orang yang baru saja aku bicarakan. Orang yang sama kah? Tapi sepertinya bukan. Karena yang satu ini tidak menggunakan kacamata. Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena aku rabun jauh.
"gantengnya" Sasa memuji. Tapi aku tidak tahu rupa pria itu. "Menurut mu aku harus mendapatkan hatinya?"

"gila! Kita mahasiswa. Orang ini mungkin berusia 8 tahun lebih tua dari kita."

"Top! Saat kamu bilang suka dengan seseorang yang lebih tua apakah aku pernah berkata gila?" aku terdiam.

"sudah ku bilang kan dia akan lewat depan rumahmu lagi" eh? Tapi aku belum pernah bertemu orang ini sebelumnya. Tidak mungkin dia sering lewat depan rumahku sesering yang dikatakan Sasa. Apakah dia orang baru atau orang yang ku kenal? Aku meraih kacamata ku yang tergeletak di meja. "hia!" ucapku lantang ketika dapat melihat wajah laki-laki itu.

"kenapa ? Kamu kenal?"

"hah? Ooh.... Aku nggak kenal. Kacamata ku berdebu jadi aku mengumpat" aku berbohong. Aku kenal siapa laki-laki itu. Laki-laki tinggi. Putih. Berpakaian rapi berhidung mancung. Beralis tebal. Tapi kali ini tidak memakai kacamata.

Dia my secret crush.

"Secret Crush Chapter 1. Finish.”



author's comment: nama saya Yipet. Belajar bahasa thai membuat cara bicara saya jadi berbeda. Semoga kalian masih bisa menikmati cerita dengan gaya thai ini. tunggu chapter berikutnya ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar