Cerita berikut hanyalah fiksi. Kesamaan nama, waktu, tempat tidak ada hubungannya
dengan pihak mana pun.
Ini bukan cerita porno, tapi cerita Boy's love.
“kok dia nggak lewat ya?” Orang yang barusan berbicara adalah teman perempuan ku Sasa.
Ini bukan cerita porno, tapi cerita Boy's love.
“kok dia nggak lewat ya?” Orang yang barusan berbicara adalah teman perempuan ku Sasa.
“yakin dia selalu lewat depan rumah ku? " saat ini kami berada di rumah
ku. Sasa memiliki crushed pada seseorang yang dia temui beberapa hari lalu.
Katanya laki-laki yang dia temui berusia sekitar 27 tahun dan memiliki wajah
yang sangat tampan.
"aku bertemu dia kemarin di sini"
"kemarin? Tapi kemarin kamu kan ke pantai lamaru dengan keluarga mu
kan? "
"ih kamu nih. Maksud ku kemarin itu hari hari kemarin pas aku ketemu
dia."
"aw? Kamu baru ketemu dia sekali di depan rumahku bukan berarti dia
sering lewat sini"
"aku ketemu dia waktu jam pulang kerja. Jadi aku menebak dia pulang
kerja lewat jalan ini. Berarti dia pulang setiap hari lewat sini." Sasa
memandang ke luar jendela ku nyaris tidak berkedip. Matanya tertuju pada setiap
perjalan kaki yang lewat depan rumahku berharap kalau crushed nya lewat dalam
waktu dekat ini.
Sering lewat depan rumah ku ya? Apa aku mengenalnya. Aku Melihat ke arah jam
dinding yang ada di Kamar ku. Jam itu menunjukkan pukul 4.30 sore. Masih ada
setengah jam lagi sebelum waktu pulang kerja tiba.
"bisa jadi dia belum pulang. Masih jam setengah lima kok"
wajah Sasa terlihat bosan. "tapi, kenapa tiba-tiba kamu tertarik dengan
orang kantoran?" kataku. Aku melepas kacamata ku dan meletakkannya di atas
meja.
"Kalau kamu lihat wajahnya kamu juga pasti suka! Orang apa hantu
sih punya wajah ganteng seperti itu?" hantu mana ada yang ganteng -_-
" tapi kukira kamu g suka orang yang lebih tua."
"nggak tau juga" dia meringis seperti kuda "mungkin aku
ketularan kamu"
"hoey! Kenapa Bawa-bawa aku?"
"kamu sendiri kan yang bilang kalau tipe mu yang usianya lebih tua dari
kamu? Eh? Kalau kamu lihat orang itu nanti kamu naksir dia lagi. Gak
boleh! Punya ku!"
"ngomong apa sih" ucapku.
Namaku Top. Tapi aku seorang bot. Hmmm... Sebenarnya aku tidak suka perlabelan seperti itu. Tapi Sasa tetap kekeh berkata kalau aku ini Bot. Alasannya karena aku suka dengan orang yang lebih tua. Alasan konyol.
Namaku Top. Tapi aku seorang bot. Hmmm... Sebenarnya aku tidak suka perlabelan seperti itu. Tapi Sasa tetap kekeh berkata kalau aku ini Bot. Alasannya karena aku suka dengan orang yang lebih tua. Alasan konyol.
Iya dugaan anda benar. Aku seorang gay tulen. Aku mahasiswa berusia 20
tahun yang menyukai laki-laki yang usianya lebih tua dari ku. Sebenarnya itu
tidak benar. Aku tidak memilih orang yang aku suka dari umur. Tapi kebetulan
saja daftar nama orang yang pernah aku sukai usianya memang lebih tua dariku.
Daftar nama? Iya benar. Aku memang sudah menyukai beberapa orang dalam
hidupku. Tapi belum pernah satu pun yang pernah menjadi milikku. Alasannya, apa
lagi selain umur dan jenis kelamin?
Saat aku kelas 8 SMP aku mempunyai tetangga baru. Dia sering mengajariku
matematika atau mengajariku beberapa hal seperti kakak ku sendiri. Roni
namanya, dia adalah cinta pertama ku. Kakak itu usianya aku tidak tahu tapi dia
lebih tua beberapa tahun, mungkin dia kelas 11 SMA . Wajahnya lumayan dan orang
yang sangat baik. Saat belajar aku sering melihat dia secara diam-diam. Tapi
tidak butuh waktu lama aku pun patah hati untuk pertama kalinya. Setahun
setelah aku mengenalnya, Kak Roni pun menikah. Yang ku pikir kelas 11 SMA,
ternyata dia justru sudah lulus kuliah. Wajahnya awet muda sekali.
Cinta kedua ku adalah saat aku masuk SMA. Saat itu ada kakak alumni yang
datang pada acara penerimaan siswa baru. Sudah menjadi tradisi di Indonesia
kalau siswa baru harus mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa aka MOS. Di
sekolah ku yang baru kami harus mengikuti serangkaian agenda, salah satunya
adalah jirit malam. Yaitu menjelajahi area sekolah pada saat malam. Biasanya
saat seperti ini kakak kelas atau alumni akan mencoba menakut-nakuti siswa
baru. Jujur saja aku tidak takut hantu. Aku justru bosan dengan cara kakak
kelas yang norak dalam menakut-nakuti. Jika bukan muncul tiba-tiba, maka
memakai baju putih berdiri di bawah pohon rindang. Tapi saat itu ada satu
alumni laki-laki bertubuh besar dan tinggi yang memerankan perannya sebagai
hantu dengan baik. Tidak hanya muncul tiba-tiba, dia juga menggunakan kostum
dan rias wajah seperti darah dan belatung. Benar-benar sangat meyakinkan. Siswi
perempuan baik siswi baru maupun lama sempat dibuat pingsan karena kejahilan
kakak ini. Mungkin karena kejahilannya itulah yang membuat mataku tidak lepas
dari dia.
Namanya kak Gilang. Dan dia adalah ciuman pertama ku. Hah? Ciuman? Iya
benar. Sebenarnya aku mencium dia secara tidak sengaja. Masih di malam yang
sama ketika jirit malam, aku tidak tahu bagaimana bisa kaki ku tersandung
ketika menuruni tangga. Aku terjatuh ke depan dan pada saat itu kak gilang
keluar dari persembunyiannya untuk menakutiku. Aku jatuh ke atas tubuhnya yang
besar, kita berdua jatuh dan mulut ku telah menempel di mulutnya. Begitulah aku
mendapatkan ciuman pertamaku.
Sejak hari itu kak gilang selalu menghindari bertatapan muka denganku. Aku sering melihatnya mampir di sekolah untuk urusan pengambilan ijazah atau acara sekolah. Sering melihatnya menjahili adik kelasnya yang dia kenal. Tapi tidak pernah menjahili ku sama sekali. Setiap kami bertemu, dia langsung balik arah.
Sejak hari itu kak gilang selalu menghindari bertatapan muka denganku. Aku sering melihatnya mampir di sekolah untuk urusan pengambilan ijazah atau acara sekolah. Sering melihatnya menjahili adik kelasnya yang dia kenal. Tapi tidak pernah menjahili ku sama sekali. Setiap kami bertemu, dia langsung balik arah.
Saat awal tahun aku bersekolah aku masih sering melihatnya di sekolah. Tapi
pada tahun kedua aku tidak melihatnya lagi. Terakhir kali aku bertemu dia
adalah saat acara penerimaan siswa baru. Aku menjadi salah satu panitia MOS.
Saat itu dia melihatku, mungkin ingatan setahun lalu muncul di pikirannya yang
membuatnya bergidik seakan jijik. Saat aku melihatnya bergidik, rasanya seperti
ada pisau mangiris halus di hati. Aku pun berhenti memikirkan kak gilang dan
dia pun tak pernah muncul lagi di sekolah.
Setelah itu aku menyukai beberapa orang, kakak ini atau kakak itu. Guru.
Atau orang asing yang lebih tua yang tidak ku kenal. Tapi itu hanya suka. Bukan
cinta. Bisa dibilang hanya cuci mata.
Cintaku yang ketiga muncul beberapa bulan lalu. Tapi saat itu aku tidak tahu
kalau itu cinta. Saat itu aku sedang berjalan kaki menuju laboratorium komputer
di fakultasku. Tiba-tiba mataku tertuju pada sosok seseorang yang tinggi
berpostur kurus tegap. Pakaiannya sangat rapi dan kulitnya sangat putih.
Wajahnya tirus tapi tidak terlalu kurus. Alisnya tebal. Hidungnya mancung
dengan kacamata bersender di atasnya. Wajahnya sangat tampan tidak seperti
orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya. Selama 2 tahun aku belajar di kampus
ini, aku belum pernah bertemu dia sebelumnya di kampus. Dosen baru kah? Atau
PPL baru? Hantu kah?
"ITU DIA!" Sasa berteriak girang sambil menunjuk ke arah jalan.
Suaranya sangat keras hingga membuat ku tersadar dari lamunanku. Aku melihat ke
arah dia menunjuk.
Laki-laki yang ditunjuk Sasa berpostur kurus dan tinggi. Kulitnya putih dan
pakaiannya rapi. Sama persis seperti orang yang baru saja aku bicarakan. Orang
yang sama kah? Tapi sepertinya bukan. Karena yang satu ini tidak menggunakan
kacamata. Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena aku rabun jauh.
"gantengnya" Sasa memuji. Tapi aku tidak tahu rupa pria itu.
"Menurut mu aku harus mendapatkan hatinya?"
"gila! Kita mahasiswa. Orang ini mungkin berusia 8 tahun lebih tua dari
kita."
"Top! Saat kamu bilang suka dengan seseorang yang lebih tua apakah aku
pernah berkata gila?" aku terdiam.
"sudah ku bilang kan dia akan lewat depan rumahmu lagi" eh? Tapi aku
belum pernah bertemu orang ini sebelumnya. Tidak mungkin dia sering lewat depan
rumahku sesering yang dikatakan Sasa. Apakah dia orang baru atau orang yang ku
kenal? Aku meraih kacamata ku yang tergeletak di meja. "hia!" ucapku
lantang ketika dapat melihat wajah laki-laki itu.
"kenapa ? Kamu kenal?"
"hah? Ooh.... Aku nggak kenal. Kacamata ku berdebu jadi aku
mengumpat" aku berbohong. Aku kenal siapa laki-laki itu. Laki-laki tinggi.
Putih. Berpakaian rapi berhidung mancung. Beralis tebal. Tapi kali ini tidak
memakai kacamata.
Dia my secret crush.
"Secret Crush Chapter 1. Finish.”
Dia my secret crush.
"Secret Crush Chapter 1. Finish.”
author's comment: nama saya Yipet. Belajar bahasa thai membuat cara bicara saya jadi berbeda. Semoga kalian masih bisa menikmati cerita dengan gaya thai ini. tunggu chapter berikutnya ya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar