"maaf, mbak. Kami tidak bisa menerima kalian semua sekaligus" itu adalah suara HRD toko roti yang lumayan besar ini. Saat ini aku, sasa dan juga benny sedang melamar kerja di toko roti. HRD toko ini adalah seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun. Dari wajahnya terlihat judes sekali.
"kenapa, bu?"
"kalian masih kuliah kan? Artinya kalian harus membagi waktu antara berkerja dan belajar. Sementara kami membutuhkan pegawai yang siap kapan saja." alasan mbak ini benar juga. Kami bertiga memiliki jam kuliah yang sama, dari pagi hari hingga sore. Jika satu mahasiswa saja harus mengalami sedikit kerugian waktu kerja , apa lagi 3?
"kalau begitu terima saya dan top saja mbak." chia sasa! Bisa bisanya kamu berkata seperti itu. Apa kamu tidak kasihan dengan benny? Dia lagi butuh uang woy.
"maaf, mbak. Kalau satu orang saja kami mau menerima. Tapi kalau lebih dari itu tidak bisa"
"kalau begitu saya saja, bu!" chia! Bukannya kamu bilang aku harus menemanimu. Kenapa sekarang kamu mau sendirian saja di sini?
HRD itu terdiam. Dia melihat ke arahku dan benny. Menunggu jawaban dari kami berdua.
"kalau begitu, sasa saja bu. Kami berdua bisa cari di tempat lain" kata benny.
"kalau begitu mbak mulai kerja besok ya mbak. Jam kerja mbak mulai dari jam 3 sore hingga 10 malam......"
Aku dan benny keluar dari ruangan itu sementara sasa masih harus mendengarkan arahan dari ibu HRD itu. Kami berjalan keluar memasuki toko roti. Banyak roti yang terpajang di dalam etalase. Warnanya sangat menggoda membuatku lapar. Benny sepertinya juga ikut lapar. Sayangnya kami tidak membawa uang sedikit pun saat itu.
"chia sasa!" ku dengar benny mengumpat. Aku hanya bisa tersenyum kecut.
"kamu benar-benar butuh uang ya?"
"hah? Ooh... Itu...." benny berhenti untuk berpikir. Sepertinya dia ragu untuk memberitahu sesuatu kepada ku. "rotinya menggoda ya" ucap nya mengalihkan pembicaraan.
"top! Mau beli kue?" Itu adalah Ibu januari. Dia baru saja keluar dari pintu yang bertuliskan "pintu karyawan". Ibu January berusia sekitar 40 tahun. Postur tubuhnya tinggi dan kurus. Badannya cukup fit. Wajahnya cantik berkulit putih. Tidak heran jika anaknya juga cantik dan imut. Tapi jika dilihat, anak perempuannya yang semalam itu tidak begitu mirip dengan Bu januari. Mungkin anaknya itu mirip ayahnya. Aku jadi penasaran siapa ayahnya.
"ibu januari kerja di sini?" pertanyaan bodoh apa yang ku ajukan? Dia itu dosen, sudah pasti dia kerja di kampus bukan toko roti. Eh? Tapi kenapa dia keluar dari pintu karyawan? Ataukah toko ini miliknya?
"hehe. Bukan. Saya kan dosen. Sudah pasti kerja di kampus" ucap nya dengan senyuman. Aku jadi merinding. Pasalnya ibu Januari ini adalah salah satu dosen killer. Jarang sekali dia bersikap ramah di depan murid muridnya. Apa lagi kepadaku. Benny juga tidak kalah merinding. Dia heran sekali melihat sikap ibu januari yang tiba-tiba ramah itu.
"hehe. Iya juga ya bu"
"kamu mau beli roti apa? Ambil saja. Saya yang belikan" dibelikan juga? Aduh bu. Kembali ke sikap ibu yang biasanya saja. Kami jadi lebih takut melihat ibu seramah ini. Aku dan benny saling melihat satu sama lain. Kami berdua pasti memikirkan hal yang sama.
"sudah tidak usah sungkan. Ambil saja sebanyak yang kalian mau. sebelum saya berubah pikiran" ucapan beliau membuat kami cepat cepat bergerak mengambil keranjang belanja dan segera memilih-milih kue di toko itu.
"matilah kita" bisik benny. "kita pasti melakukan suatu kesalahan sampai sampai bu januari bersikap seperti itu."
"bukan." jawabku "semalam aku menemukan anaknya di jalan."
"hah? Bu januari sudah menikah? Aku pikir dia belum."
"oho! Usianya sudah cukup matang kenapa belum menikah, kamu bodoh ya?"
"itu... Tubuhnya terlalu fit untuk orang yang sudah menikah dan satu lagi dia terlalu galak. Kamu pikir ada yang mau dengannya? "
Hmmm benar juga kata benny. Apakah perceraiannya juga karena sikapnya yang seperti itu? Eh? Kenapa aku harus memikirkan hal yang aneh kepada orang yang dengan baik hati memberikan makanan gratis?
" kalian sedang apa?"sasa tiba-tiba muncul di belakang kami. Dia heran karena kami sedang memilih milih kue. Mungkin dia tidak akan heran jika kami hanya memilih sedikit saja, tapi kami memilih cukup banyak kue." uang kalian cukup kah? " Sasa tau kami tidak punya uang sebanyak itu.
"kamu yang bayar" celetuk benny "kamu harus traktir kami karena mau mengalah"
"chia i ben! Uangku gak cukup!" kami berdua meringis tertawa.
"oh Sasa juga di sini?" itu bu januari "ambil keranjang yang disana terus pilih kue yang kamu mau ya."
Sasa melongo. Dia bingung dan bertanya dengan berbisik "apa kalian memukul kepalanya tadi?"
Hahaha.. Kami berdua tertawa.
~secret crush~
Aku dan benny hanya membeli 4-6 jenis kue yang harganya dibawah sepuluh ribu. Tapi chia sasa! Dia benar-benar tidak tahu malu membeli banyak kue dengan harga yang lumayan mahal.
"kesempatan tidak datang dua kali woy!" itulah yang dia katakan saat kami menggerutu. Masalahnya kami takut di kelas nanti bu januari bakal membunuh kita karena hal ini. Dasar muka tembok.
"eh iya... Tadi kenapa orang itu tidak ada ya?" tanya sasa
"orang siapa?"
"mas hantu itu"
"haha... Mas hantu. Apa tidak ada julukan lain? Norak banget" ucap benny.
"habisnya dia sering muncul secara tiba-tiba. Tidak tahu kapan datangnya. Di toko roti juga tidak ada dia."
"aku jadi penasaran dengan orang yang kalian bicarakan. Seperti apa wajahnya"
"tidak perlu dilihat. Bukan tipemu kok" ucap sasa. "gue tahu tipemu itu seperti apa. Dan mas hantu itu pasti bukan salah satunya."
"sok tahu"
"beneran! Tipe mu itu yang jelek, blo'on, babon seperti kak jo itu"
"oho? Coba siapa yang ngomong? Jelek jelek seperti itu pernah jadi pacarmu juga kan."
Sasa terdiam untuk berpikir. Tapi belum sempat menjawab benny sudah mulai berbicara duluan "tipemu juga aku sudah tau"
"hah?"
"tipe mu itu orang yang sudah menjadi pasangan orang lain." chia benny! Kenapa kamu berbicara begitu!
Sasa terdiam. Dia menundukkan kepalanya. Tidak lama dia berbalik arah dan pergi tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan kami berdua.
"chia ben! Kamu sudah kelewatan!"
"biarin"
"oooii! Mana ada orang yang suka dengan pasangan orang lain! Jika pun ada itu pasti kebetulan hati mereka yang memilih! Bukan memilih secara sengaja! Crush sejenis itu tidak ada woy!" aku memarahi benny. "kamu nggak bisa melupakan itu kah? Itu sudah setahun yang lalu wey! Sasa juga sudah putus dari kak jo demi kamu. Demi pertemanan kalian. Kamu nggak bisa lihat apa?" aku memarahi temanku ini tanpa henti. Sebenarnya aku sudah lelah dengan mereka berdua yang selalu seperti ini. Sudah setahun berlalu dan mereka masih saja seperti itu. Kasihan sasa yang selalu disebut sebagai pengganggu hubungan orang. Selain kita berdua sasa tidak punya teman lain. Semua teman perempuannya menjauhi dia karena julukan ini. Jika bukan kita temannya siapa lagi? Saat ini pasti sasa sangat sedih karena perkataan benny.
"hei kalian!" sasa berlari mendekati kami. Wajahnya seperti ketakutan. Eh? Bukannya dia tadi ngambek ya? lari dari hantu kah? tapi seperti lari dari tagihan hutang lebih tepat. "kalian.. H... H.. H kalian jangan bergerak!" ucapnya sambil tersengal sengal.
"apa apaan sih, kamu!" benny menggerutu karena sasa bersembunyi di belakangnya. Aku juga di tarik paksa mendekati benny olehnya.
"lu diam aja, chia ben! Gue masih marah sama lu.. Jadi sebaiknya lu diam aja. Biarkan aku sembunyi!"
"sasa!" itu adalah suara kak jo. Chia! Kak jo masih mengejar-ngejar sasa seperti ini kah? Tidak heran jika hubungan kedua sahabatku ini masih renggang.
Aku menghadang kak jo. Melarangnya mendekat. Lebih baik kak jo pergi jauh jauh dari sasa agar kedua sahabatku ini bisa baikan seperti dulu.
"chia top! Kamu jangan halangi aku!" aku di dorong jatuh oleh kak jo. Aku rubuh ketanah, baju jadi kotor karena debu. T.T badannya babon seperti itu mau kuhalangi dengan badanku yang kerempeng ini? Aku tadi mikir apa sih?
"chia Ben! Kamu lagi kamu lagi!" kak jo menggerutu. Kali ini ben yang berdiri menghalangi kak jo (lebih tepatnya terpaksa menghadang karena sasa bersembunyi di belakangnya). Kalau benny yang menghalangi sejak awal mungkin aku tidak akan jatuh ke tanah seperti ini. Badan benny cukup besar dan cukup tinggi untuk menyaingi badan kak jo, meskipun kak jo lebih besar lagi.
"pergi atau aku tonjok" suara kak jo terdengar menakutkan. Wajahnya terlihat benar-benar mengintimidasi. Menatap tajam ke arah benny dengan jarak hanya beberapa senti dari wajah benny. Sementara benny hanya menatap wajah kak jo tanpa takut . Eh? Jangan bilang kamu kagum dengan wajah kak jo, ben! Mentang mentang wajahnya sedekat itu dengan wajahmu tapi ini bukan waktunya untuk melongo diam seperti itu, ai baa!
.
"kak jo jangan ganggu aku lagi" itu adalah sasa "aku sudah punya pacar." eh? Sejak kapan kamu punya pacar? "ini pacarku" Chia! Sejak kapan kamu pacaran sama benny?!!!
Aw hoey?! Tinju kak jo mendarat di pipi benny. Chia sasa!
"Secret Crush. Chapter 3. Finish"
Author’s Comment : Ah iya, "chia" adalah umpatan di Thailand. Asal katanya adalah "hia" yang berarti "kadal". Agar terdengar tidak terlalu kasar sehingga Diplesetkan menjadi "chia". Teman saya bilang saya terlalu sering menggunakan umpatan "chia". Menurut kalian? Terima kasih sudah mengikuti sampai Chapter 3. Terus ikuti ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar